SBY Ungkap Pesan Spiritual Try Sutrisno: Lebih Dekat kepada Tuhan Setelah Tak Lagi Berkuasa – Pelajaran untuk Kita Semua

SBY Ungkap Pesan Spiritual Try Sutrisno: Lebih Dekat kepada Tuhan Setelah Tak Lagi Berkuasa – Pelajaran untuk Kita Semua

Mantan Presiden SBY baru-baru ini berbagi kenangan akan nasihat berharga dari mantan Wakil Presiden Try Sutrisno: setelah tidak lagi menjabat, seseorang harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read

SBY Ungkap Pesan Spiritual Try Sutrisno: Lebih Dekat kepada Tuhan Setelah Tak Lagi Berkuasa – Pelajaran untuk Kita Semua



Dalam gemuruh riuhnya arena politik dan hiruk pikuk jabatan publik, seringkali kita lupa akan esensi kehidupan yang lebih dalam. Sosok pemimpin seringkali diasosiasikan dengan kekuasaan, pengaruh, dan pengambilan keputusan besar. Namun, apa yang terjadi ketika kekuasaan itu sirna, ketika jabatan telah purna? Mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), baru-baru ini berbagi sebuah kenangan berharga yang tak hanya menyentuh hati, tetapi juga membuka tabir refleksi mendalam tentang makna kehidupan, spiritualitas, dan transisi pasca-kekuasaan. Kenangan ini berasal dari sebuah nasihat bijak yang disampaikan oleh mantan Wakil Presiden, Try Sutrisno.

Pesan tersebut bukan sekadar obrolan ringan antardua tokoh negara, melainkan sebuah panduan spiritual yang relevan untuk setiap individu, terlepas dari latar belakang atau status sosial mereka. SBY menuturkan, Try Sutrisno pernah berpesan padanya: "SBY, nanti kalau sudah tidak menjabat lagi, sudah di luar, harus lebih dekat kepada Tuhan." Nasihat sederhana ini mengandung kebijaksanaan yang luar biasa, mengingatkan kita bahwa ada dimensi yang lebih tinggi dari sekadar kekuasaan duniawi.

Menguak Tirai Kekuasaan: Sebuah Refleksi dari SBY



SBY menyampaikan kenangan ini dalam sebuah momen yang penuh makna, yaitu saat Dies Natalis Universitas Pertahanan (Unhan) di mana ia memberikan pidato. Awalnya, SBY membahas isu-isu strategis dan tantangan bangsa, termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun, di tengah perbincangan kenegaraan, ia tiba-tiba beralih ke sebuah refleksi pribadi yang mendalam. Ini menunjukkan betapa kuatnya pesan tersebut hingga tetap terukir jelas dalam ingatan seorang mantan kepala negara.

Menjadi seorang Presiden atau Wakil Presiden adalah puncak karier bagi banyak orang. Jabatan ini datang dengan tanggung jawab yang maha berat, tuntutan yang tak henti, dan perhatian publik yang intens. Sepanjang masa jabatan, identitas seseorang seringkali menyatu erat dengan posisi yang dipegang. Keputusan yang diambil memengaruhi jutaan jiwa, dan setiap langkah diamati secara saksama. Namun, apa yang terjadi ketika semua itu berakhir? Ketika kekuasaan beralih tangan, ketika sorotan publik meredup, dan ketika rutinitas digantikan oleh kekosongan?

Fase transisi ini bisa menjadi sangat menantang. Banyak pemimpin, baik di tingkat nasional maupun korporat, yang merasa kehilangan arah atau identitas setelah melepaskan jabatan. Kekuatan ego yang terbangun selama bertahun-tahun dalam kekuasaan bisa menjadi bumerang, meninggalkan perasaan hampa dan ketidakpastian. Di sinilah letak relevansi nasihat Try Sutrisno, yang seolah menjadi kompas spiritual untuk menavigasi masa-masa pasca-kekuasaan.

Nasihat Emas Try Sutrisno: Kembali kepada Sumber Kekuatan Sejati



Try Sutrisno, seorang jenderal purnawirawan dan mantan Wakil Presiden Indonesia, adalah sosok yang telah melewati berbagai posisi strategis dan penuh kekuasaan. Dari Panglima ABRI hingga menjadi orang nomor dua di negeri ini, ia tentu sangat memahami dinamika dan godaan yang menyertai jabatan tinggi. Oleh karena itu, pesannya kepada SBY memiliki bobot dan kedalaman yang istimewa.

"Sudah di luar, harus lebih dekat kepada Tuhan." Frasa ini bukan sekadar ajakan untuk beribadah lebih giat, melainkan sebuah undangan untuk melakukan introspeksi mendalam, menata kembali prioritas hidup, dan menemukan kembali esensi diri di luar segala atribut duniawi. Kekuatan sejati, menurut Try Sutrisno, tidak terletak pada jabatan atau kekuasaan, melainkan pada koneksi spiritual dengan Sang Pencipta.

Pesan ini mengingatkan bahwa kekuasaan duniawi bersifat sementara, fana, dan akan selalu ada akhirnya. Namun, hubungan dengan Tuhan adalah abadi. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, seseorang dapat menemukan kedamaian batin, kekuatan moral, dan tujuan hidup yang lebih luhur, yang tidak bergantung pada validasi eksternal atau posisi sosial. Ini adalah sebuah bentuk kerendahan hati yang luar biasa, mengakui bahwa di atas segala kekuasaan manusia, ada Kekuasaan Yang Maha Tinggi.

Lebih dari Sekadar Pesan Pribadi: Implikasi bagi Masyarakat dan Pemimpin



Nasihat Try Sutrisno kepada SBY ini jauh melampaui konteks pribadi kedua tokoh. Ini adalah pelajaran universal tentang bagaimana menghadapi transisi hidup, terutama setelah mencapai puncak kesuksesan atau kekuasaan. Bagi banyak pemimpin di seluruh dunia, tantangan terbesar setelah meninggalkan jabatan bukanlah soal materi, melainkan soal identitas dan tujuan hidup.

Kisah ini memberikan perspektif yang berharga tentang pentingnya menanamkan fondasi spiritual sejak dini, bukan hanya sebagai "cadangan" setelah pensiun, melainkan sebagai inti dari keberadaan seseorang. Hal ini dapat mencegah jebakan ego, keserakahan, dan keterikatan berlebihan pada hal-hal duniawi yang seringkali menyertai kekuasaan.

Bagi masyarakat umum, pesan ini juga sangat relevan. Di era modern yang serba cepat dan kompetitif, banyak orang terpaku pada pencapaian karier, kekayaan, dan status sosial. Kita sering lupa bahwa kebahagiaan sejati tidak melulu ditemukan dalam akumulasi materi atau pengakuan orang lain. Dengan merenungkan nasihat Try Sutrisno, kita diingatkan untuk menyeimbangkan ambisi duniawi dengan kebutuhan spiritual, mencari makna di luar pencapaian lahiriah, dan menemukan kedamaian dalam hubungan yang lebih dalam dengan diri sendiri dan Sang Pencipta. Ini adalah blueprint untuk hidup yang lebih utuh dan bermakna.

Membangun Fondasi Spiritual di Era Modern



Bagaimana kita dapat mengaplikasikan kebijaksanaan ini dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, pesan ini mengajak kita untuk tidak terlalu mengidentifikasikan diri dengan pekerjaan, jabatan, atau kekayaan. Identitas sejati kita jauh lebih dalam dari itu. Kedua, pesan ini mendorong kita untuk secara aktif mencari dan memupuk hubungan spiritual, apa pun bentuk keyakinan kita. Itu bisa melalui doa, meditasi, pelayanan kepada sesama, atau sekadar menghabiskan waktu dalam keheningan dan refleksi.

Di dunia yang penuh dengan distraksi dan tekanan, memiliki jangkar spiritual adalah krusial. Ini membantu kita tetap teguh di tengah badai kehidupan, memberikan perspektif saat menghadapi kegagalan, dan mengajarkan kerendahan hati saat meraih kesuksesan. Ini bukan tentang meninggalkan dunia, melainkan tentang menjalani dunia dengan kesadaran dan tujuan yang lebih tinggi. Warisan sejati seorang pemimpin, atau siapapun, bukan hanya apa yang mereka capai selama menjabat, tetapi siapa mereka sebagai manusia setelah tirai kekuasaan ditutup.

Kesimpulan: Sebuah Nasihat Abadi untuk Jiwa yang Mencari Makna



Kenangan SBY akan pesan Try Sutrisno adalah sebuah hadiah yang tak ternilai bagi bangsa ini. Ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap gelar dan jabatan, ada jiwa yang mencari makna dan kedamaian abadi. Ini adalah panggilan untuk setiap individu, baik yang sedang berkuasa maupun yang sedang menjalani kehidupan biasa, untuk selalu mengingat bahwa ada dimensi spiritual yang lebih agung dari sekadar pencapaian duniawi.

Marilah kita jadikan pesan ini sebagai inspirasi untuk meniti hidup dengan lebih bijaksana. Untuk para pemimpin, ini adalah pengingat akan pentingnya kerendahan hati dan persiapan spiritual untuk transisi yang tak terhindarkan. Untuk kita semua, ini adalah ajakan untuk memprioritaskan hubungan kita dengan Tuhan, mencari kedamaian batin, dan menemukan tujuan hidup yang melampaui ego dan ambisi.

Bagikan kisah inspiratif ini kepada teman dan keluarga Anda, dan mari kita mulai refleksi pribadi: "Apa yang paling penting bagi saya setelah semua pencapaian duniawi saya?"

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.