Setelah Pengesahan KUHP Kontroversial: DPR dan Wamenkumham Bahas Langkah Selanjutnya, Ada Apa Saja?

Setelah Pengesahan KUHP Kontroversial: DPR dan Wamenkumham Bahas Langkah Selanjutnya, Ada Apa Saja?

Komisi III DPR dan Wamenkumham bertemu membahas langkah-langkah pasca-pengesahan KUHP baru.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read
Gelombang opini publik masih bergejolak pasca-pengesahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang baru. Di tengah hiruk pikuk perdebatan dan berbagai interpretasi, langkah konkret pemerintah dan DPR menjadi sorotan utama. Sebuah pertemuan krusial telah berlangsung antara Komisi III DPR RI dan Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) usai palu sidang diketuk untuk KUHP. Pertemuan ini bukan sekadar formalitas, melainkan sinyal awal upaya serius untuk meredam polemik dan memastikan transisi implementasi hukum yang paling monumental dalam sejarah Indonesia.

Lalu, apa saja yang dibahas dalam pertemuan penting tersebut? Bagaimana pemerintah dan parlemen akan menanggapi kekhawatiran masyarakat, terutama terkait pasal-pasal yang dianggap kontroversial? Mari kita selami lebih dalam inti dari diskusi yang akan menentukan arah penegakan hukum pidana di Indonesia.

KUHP Baru: Sebuah Revolusi Hukum yang Sarat Perdebatan


Pengesahan KUHP baru pada tanggal 6 Desember 2022 lalu menandai berakhirnya era KUHP peninggalan kolonial Belanda yang telah berlaku selama lebih dari 100 tahun. Perubahan ini membawa banyak pembaharuan fundamental, mulai dari filosofi pidana modern, sanksi alternatif, hingga pengakuan terhadap hukum adat. Namun, seperti layaknya sebuah revolusi, perubahan ini juga diwarnai dengan pro dan kontra yang sengit. Beberapa pasal, seperti yang mengatur tentang perzinaan, kohabitasi (kumpul kebo), penghinaan terhadap presiden dan lembaga negara, serta kebebasan berpendapat, menjadi episentrum kritik dari berbagai kalangan, baik dalam negeri maupun internasional.

Kritik-kritik tersebut bukan tanpa alasan. Banyak pihak khawatir pasal-pasal tersebut dapat mengancam privasi individu, membatasi kebebasan berekspresi, bahkan berpotensi menjadi alat untuk membungkam kritik terhadap pemerintah. Di sisi lain, para penyusun KUHP bersikukuh bahwa pasal-pasal tersebut telah disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila, realitas sosial budaya Indonesia, dan standar HAM internasional. Jelas bahwa perbedaan sudut pandang ini menciptakan urgensi bagi pemerintah untuk tidak hanya sekadar mengesahkan, tetapi juga menjelaskan, meyakinkan, dan mempersiapkan implementasi yang adil dan transparan.

Pertemuan Krusial: Komisi III DPR dan Wamenkumham Mengurai Benang Kusut


Dalam suasana yang masih hangat dengan berbagai opini, pertemuan Komisi III DPR dengan Wamenkumham menjadi oase informasi. Ini adalah kesempatan pertama bagi perwakilan rakyat untuk berinteraksi langsung dengan eksekutif pasca-pengesahan, membahas langkah-langkah konkret yang akan diambil. Fokus utama diskusi adalah bagaimana memastikan transisi dari KUHP lama ke KUHP baru berjalan mulus, tanpa menimbulkan kekacauan hukum atau keresahan masyarakat yang lebih luas.

Sosialisasi: Kunci Utama Membangun Pemahaman Publik


Salah satu agenda utama yang dibahas adalah rencana sosialisasi KUHP baru. Wamenkumham menekankan pentingnya sosialisasi yang masif dan terstruktur ke seluruh lapisan masyarakat. Ini bukan tugas yang ringan. Dengan volume perubahan yang begitu besar dan kompleksitas isu yang diangkat, sosialisasi harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari kalangan penegak hukum (polisi, jaksa, hakim), akademisi, mahasiswa hukum, hingga masyarakat umum. Tujuan utamanya adalah mencegah disinformasi, meminimalkan kesalahpahaman, dan membangun kepercayaan publik terhadap sistem hukum yang baru.

Sosialisasi ini juga diharapkan dapat menjelaskan konteks dan rasionalisasi di balik pasal-pasal kontroversial, sehingga masyarakat dapat melihat gambaran utuh dan tidak terjebak dalam potongan-potongan informasi yang menyesatkan. Tanpa sosialisasi yang efektif, potensi konflik interpretasi di lapangan akan sangat tinggi, dan hal ini dapat menghambat penegakan hukum yang konsisten.

Pembentukan Tim Implementasi: Memastikan Transisi Berjalan Optimal


Selain sosialisasi, agenda penting lainnya adalah pembentukan tim implementasi KUHP. Tim ini akan menjadi garda terdepan dalam mempersiapkan berbagai peraturan pelaksana, petunjuk teknis, serta standar operasional prosedur yang diperlukan agar KUHP baru dapat diterapkan dengan baik. Wamenkumham mengindikasikan bahwa tim ini akan melibatkan berbagai unsur, tidak hanya dari pemerintah tetapi juga akademisi, praktisi hukum, dan mungkin juga perwakilan masyarakat sipil.

Peran tim implementasi sangat vital. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan harmonisasi antara KUHP baru dengan undang-undang sektoral lainnya, menyusun kurikulum pelatihan bagi penegak hukum, dan mengidentifikasi potensi masalah yang mungkin muncul dalam penerapan di lapangan. Keberhasilan tim ini akan sangat menentukan kualitas implementasi KUHP secara keseluruhan.

Menjawab Kekhawatiran Pasal Kontroversial: Antara Klarifikasi dan Prosedur Hukum


Meskipun tidak secara spesifik merinci satu per satu pasal kontroversial, pertemuan ini tentu menjadi platform untuk membahas strategi pemerintah dalam menanggapi kekhawatiran publik. Wamenkumham kemungkinan besar menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk menjaga hak asasi manusia dan menjamin kebebasan sipil, sembari menjelaskan bahwa ada masa transisi tiga tahun sebelum KUHP baru benar-benar efektif berlaku. Masa transisi ini diharapkan menjadi jeda waktu bagi pemerintah untuk melakukan sosialisasi intensif dan, jika perlu, meninjau kembali atau memberikan penjelasan lebih lanjut melalui peraturan pelaksana.

Bagi pihak yang masih merasa keberatan, jalur konstitusional melalui uji materi (judicial review) ke Mahkamah Konstitusi tetap terbuka. Ini adalah mekanisme yang sah dalam negara demokrasi untuk menguji kesesuaian suatu undang-undang dengan UUD 1945. Pemerintah dan DPR menyadari bahwa proses hukum pasca-pengesahan belum sepenuhnya usai, dan mereka harus siap menghadapi potensi gugatan hukum.

Tantangan ke Depan: Bukan Sekadar Pengesahan, tetapi Penegakan


Pengesahan KUHP baru hanyalah langkah awal dari perjalanan panjang menuju reformasi hukum pidana yang komprehensif. Tantangan terbesar justru terletak pada tahap implementasi dan penegakannya. Konsistensi dalam penerapan oleh aparat penegak hukum, pemahaman yang merata di seluruh wilayah Indonesia, serta adaptasi terhadap dinamika sosial yang terus berubah akan menjadi ujian nyata bagi KUHP baru.

Keberhasilan implementasi juga sangat bergantung pada sejauh mana pemerintah mampu membangun jembatan komunikasi dengan masyarakat sipil dan kelompok-kelompok kritis. Dialog yang konstruktif dan terbuka akan menjadi kunci untuk meredakan ketegangan, membangun konsensus, dan memastikan bahwa KUHP baru benar-benar mewakili keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Apa Implikasinya bagi Masyarakat Indonesia?


KUHP baru akan membawa dampak signifikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan diberlakukannya KUHP ini, setiap warga negara, termasuk warga asing yang berada di Indonesia, akan tunduk pada ketentuan-ketentuan pidana yang baru. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memahami poin-poin krusial dalam KUHP, terutama yang berkaitan langsung dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Perubahan ini juga akan memengaruhi berbagai sektor, mulai dari bisnis (terkait dengan regulasi perusahaan dan kejahatan korporasi), pariwisata (terkait dengan norma sosial dan hukum lokal), hingga aktivisme dan kebebasan berekspresi. Masa depan penegakan hukum di Indonesia akan sangat ditentukan oleh bagaimana KUHP baru ini diinterpretasikan, disosialisasikan, dan diterapkan di lapangan.

Pertemuan antara Komisi III DPR dan Wamenkumham ini adalah langkah awal yang penting. Ini menunjukkan adanya kesadaran akan kompleksitas isu dan kebutuhan akan kolaborasi multi-pihak. Namun, jalan masih panjang. Pengawasan ketat dari publik, advokasi dari masyarakat sipil, dan komitmen kuat dari pemerintah serta DPR untuk menegakkan hukum yang adil dan berkeadilan adalah prasyarat mutlak agar revolusi hukum pidana ini benar-benar membawa manfaat bagi bangsa.

Mari kita terus mengikuti perkembangan ini, mengedukasi diri, dan aktif berpartisipasi dalam diskusi demi terciptanya sistem hukum yang lebih baik di Indonesia. Bagikan artikel ini untuk menyebarkan informasi penting ini kepada teman dan keluarga Anda!

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.