Sekolah Rakyat: Kunci Pemerataan Pendidikan Atau Cuma Mimpi? Gus Ipul Punya Solusinya!

Sekolah Rakyat: Kunci Pemerataan Pendidikan Atau Cuma Mimpi? Gus Ipul Punya Solusinya!

Gus Ipul (Saifullah Yusuf), Sekjen PBNU, mendesak agar rekrutmen peserta program Sekolah Rakyat berbasis pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTSen) yang dikelola Kementerian Sosial.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read
Pendidikan adalah hak setiap warga negara, namun realitanya, jurang kesenjangan akses pendidikan masih menganga lebar di banyak sudut negeri kita. Di satu sisi, ada sekolah megah dengan fasilitas lengkap, di sisi lain, jutaan anak masih berjuang mendapatkan ilmu dengan sarana seadanya, bahkan terancam putus sekolah. Di tengah tantangan ini, gagasan "Sekolah Rakyat" muncul sebagai secercah harapan. Namun, apakah program mulia ini akan benar-benar menyasar mereka yang paling membutuhkan? Gus Ipul, atau Saifullah Yusuf, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), angkat bicara, mendesak agar rekrutmen Sekolah Rakyat berbasis pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTSen), sebuah langkah krusial yang bisa menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan program ini.

Apa itu Sekolah Rakyat, dan mengapa inisiatif ini sangat penting untuk masa depan pendidikan Indonesia? Mari kita selami lebih dalam usulan vital dari Gus Ipul ini.

Menilik Mimpi Besar "Sekolah Rakyat": Harapan Baru untuk Pendidikan Inklusif


Sekolah Rakyat bukan sekadar sebuah bangunan fisik, melainkan sebuah filosofi dan komitmen untuk mewujudkan pendidikan yang merata dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), program ini dirancang untuk menjangkau anak-anak dari keluarga prasejahtera, masyarakat adat, anak-anak berkebutuhan khusus, hingga mereka yang tinggal di daerah terpencil dan tertinggal. Tujuannya mulia: memastikan bahwa tidak ada lagi anak Indonesia yang terhambat meraih cita-citanya karena keterbatasan ekonomi atau geografis.

Bayangkan potensi besar yang bisa terbuka jika setiap anak, terlepas dari latar belakangnya, mendapatkan akses pendidikan berkualitas. Angka putus sekolah bisa ditekan, literasi masyarakat meningkat, dan pada akhirnya, kualitas sumber daya manusia Indonesia akan melesat. Sekolah Rakyat adalah jembatan menuju pemerataan, menawarkan harapan baru bagi mereka yang selama ini terpinggirkan dari sistem pendidikan formal. Ini adalah upaya nyata negara untuk menghapus diskriminasi dalam pendidikan dan membangun fondasi generasi penerus yang lebih cerdas dan berdaya saing.

Gus Ipul dan Desakan Kritis: Kenapa Data DTSen Jadi Kunci?


Di sinilah peran Gus Ipul menjadi sangat vital. Dengan pengalamannya yang luas di bidang pemerintahan dan sosial, Gus Ipul melihat celah potensial yang bisa menggagalkan tujuan mulia Sekolah Rakyat. Kekhawatirannya sederhana namun mendasar: tanpa sistem rekrutmen yang akurat, program ini bisa salah sasaran. Dana dan sumber daya yang seharusnya dinikmati oleh anak-anak miskin bisa saja jatuh ke tangan yang tidak berhak, atau bahkan disalahgunakan.

Solusi yang ia tawarkan sangat praktis dan berbasis data: penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTSen). Apa itu DTSen? DTSen adalah basis data komprehensif yang dikelola oleh Kementerian Sosial (Kemensos), berisi informasi detail tentang rumah tangga dan individu dengan status kesejahteraan sosial terendah di Indonesia. Data ini diperbarui secara berkala dan menjadi rujukan utama berbagai program bantuan sosial pemerintah, mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH) hingga Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Dengan mendasarkan rekrutmen Sekolah Rakyat pada DTSen, proses seleksi calon peserta didik akan menjadi lebih objektif, transparan, dan tepat sasaran. Ini akan memastikan bahwa bantuan pendidikan benar-benar diterima oleh mereka yang paling membutuhkan, sesuai dengan semangat keadilan sosial yang ingin diwujudkan oleh program Sekolah Rakyat itu sendiri. Gus Ipul memahami bahwa niat baik saja tidak cukup; implementasi yang cerdas dan strategis adalah kuncinya.

Mengapa Akurasi Data Adalah Fondasi Keberhasilan Program Sosial?


Desakan Gus Ipul bukan tanpa alasan kuat. Dalam konteks program sosial berskala besar, akurasi data adalah fondasi utama keberhasilan. Tanpa data yang valid dan terverifikasi, risiko salah sasaran akan sangat tinggi. Hal ini tidak hanya membuang-buang anggaran negara, tetapi juga mengikis kepercayaan publik terhadap program pemerintah.

Studi kasus dari berbagai program sosial di seluruh dunia telah menunjukkan bahwa program yang didukung oleh data yang kuat memiliki tingkat efektivitas yang jauh lebih tinggi. Data membantu pemerintah mengidentifikasi kebutuhan spesifik masyarakat, merancang intervensi yang tepat, dan memantau dampak program secara real-time. DTSen, dengan segala kekurangannya, adalah salah satu upaya terbaik Indonesia dalam mengumpulkan data kesejahteraan sosial. Memanfaatkannya berarti memaksimalkan investasi yang sudah ada dan membangun sistem yang lebih terintegrasi.

Dengan menggunakan DTSen, pemerintah dapat mengurangi kemungkinan adanya "kebocoran" atau penyimpangan dalam penyaluran manfaat. Ini juga mendorong transparansi dan akuntabilitas, dua pilar penting dalam tata kelola pemerintahan yang baik. Masyarakat bisa lebih yakin bahwa program yang dijalankan benar-benar untuk kesejahteraan mereka.

Tantangan Implementasi: Dari Data ke Lapangan


Meskipun usulan Gus Ipul terdengar ideal, implementasinya tentu tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah koordinasi antarlembaga. Program Sekolah Rakyat berada di bawah Kemendikbudristek, sementara DTSen dikelola oleh Kemensos. Sinergi dan integrasi data antara dua kementerian ini harus terjalin dengan mulus, sebuah pekerjaan rumah yang membutuhkan komitmen politik dan kerja sama teknis yang kuat.

Selain itu, akurasi data DTSen itu sendiri perlu terus-menerus diperbarui dan divalidasi. Kondisi ekonomi masyarakat bisa berubah sewaktu-waktu, dan sistem harus cukup fleksibel untuk mengakomodasi perubahan tersebut. Verifikasi lapangan juga tetap menjadi kunci untuk memastikan data di atas kertas sesuai dengan realitas di lapangan. Tantangan geografis dan infrastruktur di daerah terpencil juga dapat mempersulit proses ini, menuntut inovasi dalam metode verifikasi dan rekrutmen. Potensi birokrasi yang berbelit juga bisa menjadi sandungan jika tidak diantisipasi sejak awal.

Membangun Jembatan Asa: Sinergi untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia


Desakan Gus Ipul untuk menjadikan DTSen sebagai basis rekrutmen Sekolah Rakyat adalah sebuah langkah maju yang signifikan. Ini bukan hanya tentang data, melainkan tentang komitmen untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan efisien. Jika usulan ini diimplementasikan dengan baik, Sekolah Rakyat berpotensi besar untuk benar-benar menjadi jembatan asa bagi jutaan anak Indonesia yang selama ini terpinggirkan.

Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada sinergi berbagai pihak: pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sipil, hingga peran aktif komunitas di tingkat paling bawah. Transparansi, akuntabilitas, dan adaptasi terhadap dinamika sosial adalah kunci. Mari kita jadikan usulan Gus Ipul ini sebagai momentum untuk memperkuat fondasi pendidikan kita, memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, tumbuh, dan meraih impiannya. Masa depan Indonesia ada di tangan mereka, dan kita semua memiliki peran untuk memastikan masa depan itu cerah.

Apa pendapat Anda tentang usulan Gus Ipul ini? Apakah Anda setuju bahwa data DTSen adalah kunci keberhasilan Sekolah Rakyat? Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar dan mari berdiskusi untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik!

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.