Polemik Gelar Pahlawan Nasional: Saat Fadli Zon ‘Melapor’ ke Prabowo, Apa Dampaknya?

Polemik Gelar Pahlawan Nasional: Saat Fadli Zon ‘Melapor’ ke Prabowo, Apa Dampaknya?

Politisi Fadli Zon berencana melaporkan calon penerima gelar Pahlawan Nasional kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, memicu pertanyaan tentang objektivitas dan potensi politisasi dalam proses penentuan gelar yang seharusnya murni berdasarkan kajian sejarah dan kriteria ketat.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read

Polemik Gelar Pahlawan Nasional: Saat Fadli Zon ‘Melapor’ ke Prabowo, Apa Dampaknya?



Gelar Pahlawan Nasional adalah bentuk penghargaan tertinggi dari negara kepada individu-individu yang telah menunjukkan keberanian luar biasa, pengorbanan tanpa batas, dan dedikasi tak tergoyahkan demi kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Namun, proses penentuannya kerap kali menjadi arena perdebatan sengit, melibatkan interpretasi sejarah, pandangan politik, hingga sentimen publik. Belakangan ini, wacana mengenai gelar pahlawan kembali mencuat ke permukaan dengan sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan dari politisi kawakan, Fadli Zon. Ia menyatakan akan 'melapor' calon penerima gelar Pahlawan Nasional kepada Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Pernyataan ini sontak memicu beragam pertanyaan: Apa motif di balik langkah Fadli Zon? Mengapa Prabowo Subianto menjadi tujuan laporan tersebut? Dan yang terpenting, bagaimana hal ini akan memengaruhi integritas dan objektivitas proses penganugerahan gelar pahlawan di Indonesia?



Awal Mula Ketegangan: Mengapa Gelar Pahlawan Selalu Sensitif?


Penentuan seorang tokoh sebagai Pahlawan Nasional bukan sekadar seremoni. Ia adalah pengakuan resmi negara atas jasa-jasa yang tak ternilai, yang melekat pada ingatan kolektif bangsa, dan menjadi teladan bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, setiap nama yang diusulkan atau ditetapkan selalu melewati saringan ketat, baik dari segi sejarah, moralitas, maupun relevansi perjuangan. Proses ini, idealnya, harus bebas dari kepentingan politik sesaat dan murni didasarkan pada kajian historis yang mendalam serta objektif. Namun, kenyataannya, garis antara sejarah dan politik seringkali kabur, terutama dalam konteks penentuan gelar yang begitu sarat makna.


Dalam sejarah Indonesia, kita telah melihat beberapa kontroversi terkait pemberian gelar pahlawan, yang seringkali dipicu oleh perbedaan interpretasi sejarah, tudingan politisasi, atau bahkan perdebatan mengenai kriteria kelayakan. Inilah yang membuat pernyataan Fadli Zon menjadi sorotan. Dengan menyebut akan melaporkan "calon penerima gelar pahlawan nasional" kepada Prabowo, Fadli Zon seolah-olah mengisyaratkan adanya isu atau keberatan tertentu terhadap nama-nama yang sedang dipertimbangkan, dan ia memilih saluran non-formal untuk menyampaikannya.



Di Balik Keputusan Fadli Zon: Analisis Motif dan Latar Belakang


Siapa Fadli Zon dan Apa Perannya?


Fadli Zon adalah seorang politikus senior dari Partai Gerindra, yang dikenal memiliki minat besar pada sejarah, budaya, dan sastra. Ia seringkali aktif menyuarakan pandangannya tentang tokoh-tokoh sejarah, kritik terhadap narasi tertentu, dan kadang terlibat dalam perdebatan publik terkait isu-isu historis. Sebagai seorang intelektual dan politisi, Fadli Zon memiliki pengaruh dan panggung untuk menyampaikan opininya, yang seringkali membentuk opini publik, terutama di kalangan pendukungnya. Pengalamannya sebagai Wakil Ketua DPR RI juga memberinya platform yang luas untuk mengartikulasikan pandangan-pandangan politiknya.


Langkah Fadli Zon untuk 'melapor' ini bisa diinterpretasikan dalam beberapa cara. Pertama, ini bisa menjadi bentuk perhatiannya terhadap integritas proses penganugerahan gelar. Kedua, bisa jadi ia memiliki informasi atau keberatan mengenai calon tertentu yang menurutnya tidak memenuhi kriteria atau memiliki catatan yang meragukan. Ketiga, tidak dapat dimungkiri bahwa ada dimensi politik dalam setiap tindakan seorang politisi, termasuk dalam isu sejarah sekalipun.



Mengapa Harus ke Prabowo? Korelasi Politik dan Sejarah


Pilihan Fadli Zon untuk menyampaikan laporannya kepada Prabowo Subianto, yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan, menimbulkan pertanyaan. Secara formal, penentuan Pahlawan Nasional berada di bawah koordinasi Kementerian Sosial dan dibahas oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (DTJTK) sebelum diusulkan kepada Presiden. Kementerian Pertahanan tidak memiliki peran langsung dalam komite tersebut.


Namun, hubungan Fadli Zon dan Prabowo Subianto telah terjalin sangat erat selama bertahun-tahun dalam Partai Gerindra. Prabowo adalah Ketua Umum Gerindra dan mentor politik Fadli Zon. Dalam konteks politik Indonesia, komunikasi antara bawahan dan atasan partai, apalagi dengan figur sekaliber Prabowo, seringkali menjadi saluran informal yang powerful untuk menyampaikan aspirasi, keberatan, atau informasi penting. Ini bisa jadi upaya untuk mendapatkan dukungan politik atau perhatian dari sosok yang memiliki bobot politik signifikan di pemerintahan, meskipun secara struktural tidak berada dalam jalur resmi penentuan gelar pahlawan.


Laporan ini juga bisa menjadi sinyal bahwa Fadli Zon mencoba menggarisbawahi pentingnya pertimbangan pertahanan dan keamanan atau perspektif militer dalam penilaian seorang pahlawan, mengingat latar belakang Prabowo sebagai mantan perwira tinggi militer. Namun, perlu digarisbawahi bahwa Pahlawan Nasional bisa berasal dari berbagai latar belakang, bukan hanya militer.



Kriteria dan Mekanisme Penentuan Pahlawan Nasional: Seharusnya Bagaimana?


Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, serta peraturan turunannya, ada kriteria yang jelas untuk menjadi Pahlawan Nasional. Kriteria umum meliputi: pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik/perjuangan lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, atau mengisi kemerdekaan; pernah menghasilkan pemikiran atau gagasan besar yang menunjang pembangunan bangsa dan negara; pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa; memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan; tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak sendi-sendi perjuangan; serta memiliki nilai ketokohan yang berpengaruh secara nasional.


Proses usulannya dimulai dari masyarakat atau pemerintah daerah, kemudian dibahas di tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga akhirnya diajukan ke pemerintah pusat. Di tingkat pusat, usulan akan diteliti oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP), lalu hasilnya disampaikan kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (DTJTK). Dewan ini akan memberikan pertimbangan kepada Presiden, yang pada akhirnya akan menetapkan gelar Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden. Seluruh proses ini dirancang untuk memastikan objektivitas dan akuntabilitas.



Implikasi dan Potensi Kontroversi: Mengurai Benang Kusut Sejarah dan Politik


Potensi Politisasi dan Objektivitas Sejarah


Langkah Fadli Zon berpotensi membuka ruang bagi politisasi gelar pahlawan. Ketika proses yang seharusnya didasarkan pada kajian historis yang independen dan kriteria yang ketat tercampur dengan manuver politik, objektivitas sejarah bisa terancam. Ini bukan hanya tentang Fadli Zon atau Prabowo, melainkan tentang preseden yang mungkin terbentuk. Jika keputusan penganugerahan gelar pahlawan bisa dipengaruhi melalui saluran politik informal, maka kredibilitas gelar itu sendiri akan dipertanyakan.


Masyarakat berhak mendapatkan penjelasan yang transparan mengapa seorang tokoh layak atau tidak layak dianugerahi gelar pahlawan, berdasarkan fakta sejarah yang diverifikasi, bukan berdasarkan preferensi atau kepentingan kelompok politik tertentu. Politisasi dapat menyebabkan pengaburan fakta, penekanan aspek tertentu, atau bahkan pengabaian kontribusi yang signifikan, demi tujuan politik.



Reaksi Publik dan Debat Nasional


Pengumuman Fadli Zon ini tentu akan memicu beragam reaksi di kalangan masyarakat. Ada yang mungkin mendukungnya sebagai upaya untuk memastikan integritas proses, ada pula yang mengkritik sebagai bentuk intervensi politik yang tidak tepat. Debat publik bisa muncul, terutama di media sosial, membahas siapa calon yang dimaksud, apa keberatan yang diajukan, dan apakah langkah ini etis atau tidak.


Ini juga bisa menghidupkan kembali diskusi tentang tokoh-tokoh sejarah tertentu yang mungkin selama ini luput dari perhatian atau, sebaliknya, pernah menjadi subjek kontroversi. Potensi viralnya isu ini sangat besar, mengingat sensitivitas masyarakat terhadap sejarah bangsa dan penghargaan terhadap para pendahulu.



Masa Depan Gelar Pahlawan Nasional: Antara Penghargaan dan Alat Politik


Kondisi ini menantang kita untuk kembali merenungkan makna sesungguhnya dari gelar Pahlawan Nasional. Apakah ia akan tetap menjadi penghargaan suci yang murni dari pengabdian dan pengorbanan, ataukah ia akan menjadi alat tawar-menawar politik yang rentan terhadap kepentingan sesaat? Pertanyaan ini menjadi krusial untuk menjaga keluhuran sejarah dan martabat bangsa.


Pemerintah dan lembaga terkait perlu memastikan bahwa mekanisme yang ada berjalan sesuai prosedur, transparan, dan akuntabel. Pendekatan historis yang kuat harus tetap menjadi landasan utama, bebas dari tekanan politik. Jika tidak, proses penganugerahan gelar pahlawan akan kehilangan esensinya sebagai bentuk penghormatan sejati.



Menjaga Keluhuran Sejarah: Sebuah Harapan dan Tantangan


Langkah Fadli Zon untuk 'melapor' calon Pahlawan Nasional kepada Prabowo Subianto adalah pengingat bahwa isu sejarah dan kepahlawanan tak pernah lepas dari dinamika politik. Ini adalah tantangan bagi semua pihak, terutama pemerintah, untuk menjaga proses penentuan gelar Pahlawan Nasional tetap berada di jalur objektivitas, transparan, dan berdasarkan kajian historis yang mendalam.


Kita berharap bahwa setiap pengusulan atau keberatan terhadap calon pahlawan dapat disalurkan melalui mekanisme yang telah ditetapkan, dengan data dan bukti sejarah yang kuat, bukan melalui jalur politik yang berpotensi menimbulkan bias. Keluhuran gelar Pahlawan Nasional adalah aset berharga bangsa yang harus dijaga dari segala bentuk politisasi. Marilah kita bersama-sama memastikan bahwa para Pahlawan Nasional yang kita hormati adalah mereka yang benar-benar layak, murni karena jasa-jasa besarnya bagi ibu pertiwi, tanpa embel-embel kepentingan sesaat. Bagikan pandangan Anda tentang isu penting ini dan mari bersama mengawal sejarah bangsa kita.

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.