Perang Perbatasan AS: Mengapa Pemerintahan Biden Menggugat Texas atas Penghalang Apung di Rio Grande?

Perang Perbatasan AS: Mengapa Pemerintahan Biden Menggugat Texas atas Penghalang Apung di Rio Grande?

Pemerintahan Biden menggugat negara bagian Texas atas pemasangan penghalang apung di Sungai Rio Grande yang bertujuan untuk mencegah penyeberangan ilegal.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read
Perbatasan selatan Amerika Serikat telah lama menjadi titik panas perdebatan politik, dan kini, ketegangan tersebut mencapai level baru dengan gugatan hukum federal yang mendebarkan. Pemerintahan Biden melalui Departemen Kehakiman (DOJ) telah secara resmi menggugat negara bagian Texas atas pemasangan penghalang apung atau 'buoys' di Sungai Rio Grande. Langkah drastis ini menyulut kembali perdebatan sengit tentang siapa yang memiliki otoritas tertinggi dalam mengamankan perbatasan, apakah pemerintah federal atau negara bagian, dan bagaimana seharusnya isu imigrasi ilegal ditangani. Gugatan ini bukan sekadar sengketa hukum biasa; ini adalah pertarungan prinsip yang memiliki implikasi besar bagi masa depan kebijakan imigrasi dan federalisme di Amerika.

Latar Belakang Konflik: 'Operasi Lone Star' dan Dinding Air Texas

Sejak tahun 2021, Gubernur Texas Greg Abbott meluncurkan "Operasi Lone Star" sebagai respons terhadap apa yang ia klaim sebagai kegagalan pemerintah federal di bawah administrasi Biden untuk secara efektif mengamankan perbatasan AS-Meksiko. Operasi ini melibatkan pengerahan Garda Nasional Texas, pembangunan penghalang kawat berduri, dan pemasangan penghalang apung di sepanjang bagian Sungai Rio Grande. Penghalang apung, yang terdiri dari bola-bola besar berwarna oranye terang yang dihubungkan dengan jaring, dirancang untuk mencegah penyeberangan ilegal oleh para migran dan penyelundup narkoba yang kerap memanfaatkan celah di sungai.

Texas berargumen bahwa penghalang ini adalah langkah pertahanan diri yang sah dan diperlukan untuk melindungi kedaulatan negara bagian dan warganya dari masuknya migran ilegal dan kegiatan kriminal. Gubernur Abbott berulang kali menyatakan bahwa Texas tidak akan berdiam diri melihat perbatasan mereka dilanggar, dan bahwa mereka akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk menghentikan aliran ilegal tersebut. Penghalang ini dipasang di dekat Eagle Pass, salah satu titik penyeberangan paling aktif di sepanjang perbatasan. Bagi Texas, ini adalah upaya langsung untuk memulihkan ketertiban di wilayah yang mereka anggap telah diabaikan oleh Washington.

Argumen Pemerintahan Biden: Pelanggaran Hukum dan Risiko Kemanusiaan

Departemen Kehakiman AS berpendapat bahwa penghalang apung Texas melanggar Rivers and Harbors Act of 1899, sebuah undang-undang federal yang mengharuskan izin dari Korps Insinyur Angkatan Darat AS untuk pembangunan struktur di perairan navigasi AS. Menurut gugatan tersebut, Texas tidak pernah meminta atau menerima izin yang diperlukan sebelum memasang buoys tersebut. Gugatan ini menegaskan bahwa Sungai Rio Grande adalah perairan navigasi dan penghalang tersebut mengganggu navigasi serta berpotensi membahayakan keselamatan publik.

Selain aspek hukum, Pemerintahan Biden juga menyoroti masalah kemanusiaan yang ditimbulkan oleh penghalang tersebut. Pejabat federal dan kelompok advokasi hak asasi manusia menyuarakan kekhawatiran serius bahwa buoys ini dapat memerangkap atau melukai migran yang mencoba menyeberang, termasuk anak-anak dan wanita hamil, serta meningkatkan risiko tenggelam. Ada juga laporan awal yang menyebutkan bahwa beberapa migran telah terjebak atau terluka oleh penghalang tersebut. Gugatan itu menyebutkan bahwa tindakan Texas tidak hanya melanggar hukum federal tetapi juga menciptakan risiko signifikan terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Lebih jauh, tindakan Texas ini juga berpotensi menciptakan ketegangan diplomatik dengan Meksiko. Pemerintah Meksiko sendiri telah menyatakan keprihatinan atas pemasangan penghalang tersebut, mengingat Rio Grande adalah perbatasan alami antara kedua negara dan diatur oleh perjanjian internasional. Pelanggaran hukum internasional atau gangguan terhadap navigasi di perairan perbatasan dapat memperumit hubungan bilateral yang sudah sensitif.

Pembelaan Texas: Kedaulatan Negara dan Kegagalan Federal

Menanggapi gugatan tersebut, Gubernur Abbott dengan tegas menolak tuntutan Pemerintahan Biden. Ia menegaskan kembali hak konstitusional Texas untuk membela diri dari apa yang disebutnya sebagai "invasi" di perbatasan, mengutip Pasal I, Bagian 10, Klausul 3 Konstitusi AS. Pasal ini menyatakan bahwa suatu negara bagian dapat terlibat dalam perang tanpa persetujuan Kongres jika "benar-benar diserbu, atau berada dalam bahaya yang begitu dekat sehingga tidak mengizinkan penundaan." Abbott berpendapat bahwa banjir migran ilegal yang terus-menerus memenuhi definisi "invasi" tersebut.

Texas juga mempertanyakan klaim DOJ bahwa Rio Grande di lokasi tersebut adalah perairan navigasi yang memerlukan izin federal, dengan menyatakan bahwa sebagian besar sungai di area pemasangan buoys tidak dapat dilayari oleh kapal besar dan oleh karena itu tidak jatuh di bawah yurisdiksi federal yang ketat seperti yang diklaim. Mereka menganggap gugatan ini sebagai upaya politik untuk mengganggu upaya negara bagian dalam mengamankan perbatasan ketika pemerintah federal sendiri gagal melakukannya.

Gubernur Abbott bersumpah untuk melawan gugatan ini "sampai ke Mahkamah Agung AS jika perlu," menunjukkan tekad bulat Texas untuk mempertahankan tindakannya. Bagi banyak pendukung Abbott, gugatan ini adalah bukti lebih lanjut dari "perang budaya" yang lebih luas antara nilai-nilai konservatif di negara bagian perbatasan dan kebijakan liberal dari pemerintah federal.

Implikasi Hukum dan Politik yang Lebih Luas

Perkara hukum ini memiliki potensi untuk menetapkan preseden penting mengenai batas-batas otoritas negara bagian dan federal dalam hal imigrasi dan keamanan perbatasan. Jika Texas kalah, itu bisa membatasi kemampuan negara bagian lain untuk mengambil tindakan independen dalam mengelola perbatasan mereka. Sebaliknya, jika Texas menang, itu bisa membuka pintu bagi lebih banyak negara bagian untuk menantang kebijakan imigrasi federal dan mengambil tindakan unilateral.

Secara politik, gugatan ini datang pada saat yang sangat sensitif, menjelang pemilihan presiden AS tahun 2024. Isu imigrasi adalah salah satu topik paling polarisasi dan memicu emosi di kalangan pemilih. Gugatan Biden terhadap Texas kemungkinan akan dipergunakan sebagai poin kampanye oleh kedua belah pihak: Demokrat akan menyoroti perlunya kepatuhan terhadap hukum federal dan kekhawatiran kemanusiaan, sementara Republik akan menggunakannya untuk mengkritik "perbatasan terbuka" pemerintahan Biden dan membela hak negara bagian untuk melindungi diri. Ini memperdalam garis patahan politik dan memberikan amunisi bagi narasi "krisis perbatasan" yang dianut oleh banyak konservatif.

Masa Depan Perbatasan AS: Apa Selanjutnya?

Pertarungan hukum atas penghalang apung di Rio Grande ini baru permulaan. Proses litigasi bisa berlangsung lama dan mungkin melibatkan berbagai tingkat pengadilan, bahkan hingga Mahkamah Agung. Sementara itu, krisis di perbatasan terus berlanjut, dengan ribuan orang masih berusaha menyeberang setiap hari.

Tindakan hukum ini menggarisbawahi kegagalan AS untuk mencapai konsensus nasional tentang bagaimana mengelola imigrasi secara manusiawi dan efektif. Ini juga menyoroti kompleksitas dalam menyeimbangkan kedaulatan negara, hukum federal, hak asasi manusia, dan hubungan internasional. Apa pun hasil dari gugatan ini, satu hal yang pasti: perdebatan tentang masa depan perbatasan AS dan siapa yang bertanggung jawab atas keamanannya akan terus berkobar, dan solusi jangka panjang masih tampak jauh.

Bagaimana pendapat Anda tentang perang hukum ini? Apakah tindakan Texas adalah respons yang diperlukan terhadap kegagalan federal, atau pelanggaran hukum yang menciptakan risiko kemanusiaan? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar di bawah dan mari diskusikan implikasi dari kasus penting ini.

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.