Perang Dagang Jilid Baru? AS dan China Saling Tuduh di WTO, Mengapa Ini Penting untuk Ekonomi Global?

Perang Dagang Jilid Baru? AS dan China Saling Tuduh di WTO, Mengapa Ini Penting untuk Ekonomi Global?

Amerika Serikat dan China kembali beradu argumen sengit dalam tinjauan kebijakan perdagangan China di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read

Perang Dagang Jilid Baru? AS dan China Saling Tuduh di WTO, Mengapa Ini Penting untuk Ekonomi Global?



Dunia kembali menahan napas saat dua raksasa ekonomi global, Amerika Serikat dan China, bersitegang dalam forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Bukan sekadar debat biasa, namun ini adalah benturan kepentingan yang panas, di mana AS menuding China melakukan praktik perdagangan tidak adil dan China membalas dengan julukan "penindas unilateralis" kepada Washington. Ketegangan ini bukan hanya sekadar perang kata, melainkan cerminan dari persaingan geopolitik dan ekonomi yang semakin intens, dengan implikasi besar bagi masa depan perdagangan dan stabilitas global.

Pada sesi tinjauan kebijakan perdagangan China di WTO yang berlangsung baru-baru ini, panggung Geneva menjadi saksi bisu adu argumen sengit. Amerika Serikat menyuarakan keprihatinan mendalam atas kebijakan subsidi industri China yang dianggap mendistorsi pasar, praktik non-pasar yang meluas, dan pencurian kekayaan intelektual. Washington berpendapat bahwa praktik-praktik ini merugikan perusahaan AS dan menciptakan lapangan bermain yang tidak seimbang bagi perdagangan internasional. Di sisi lain, Beijing tidak tinggal diam. Perwakilan China dengan tegas menolak tuduhan tersebut, balik menuding AS sebagai pihak yang mempraktikkan proteksionisme sepihak dan menerapkan sanksi yang tidak adil. Ungkapan "penindas unilateralis" yang dilontarkan China menegaskan betapa dalamnya jurang ketidakpercayaan di antara kedua negara. Bahkan isu Ukraina pun ikut terseret dalam perdebatan ini, menunjukkan kompleksitas hubungan yang melampaui batas ekonomi semata.

Di Balik Tirai Pertemuan WTO: Sebuah Bentrok Ideologi dan Ekonomi


Pertemuan di WTO bukan sekadar formalitas. Ini adalah bagian dari Mekanisme Tinjauan Kebijakan Perdagangan (TPRM) yang reguler, di mana setiap negara anggota WTO secara berkala harus menjalani evaluasi kebijakan perdagangan mereka. Bagi China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dan eksportir terbesar, tinjauan ini menjadi sorotan utama. AS dan Uni Eropa telah lama menyuarakan kekhawatiran tentang model ekonomi China yang didukung negara, di mana perusahaan-perusahaan milik negara (SOE) menerima dukungan finansial besar-besaran, menciptakan kelebihan kapasitas di beberapa industri, dan mendorong praktik pemindahan teknologi paksa.

Model ekonomi China ini, yang sering disebut sebagai "kapitalisme negara", sangat berbeda dengan sistem pasar bebas ala Barat. Subsidi besar-besaran kepada industri-industri strategis seperti baja, aluminium, dan kini semikonduktor serta kendaraan listrik, dituding menciptakan keunggulan kompetitif yang tidak adil. Hal ini menyebabkan "banjir" produk China di pasar global dengan harga rendah, menekan industri di negara-negara lain, dan pada akhirnya menyebabkan hilangnya lapangan kerja. Kekayaan intelektual dan teknologi, yang merupakan tulang punggung inovasi dan pertumbuhan ekonomi modern, juga menjadi titik gesekan utama, di mana tuduhan pencurian dan transfer paksa menjadi momok bagi perusahaan asing yang beroperasi di China.

Akusisi "Unilateralist Bully": Refleksi Ketegangan Geopolitik


Tudingan "penindas unilateralis" dari China bukan hanya retorika kosong. Ini adalah ekspresi frustrasi Beijing terhadap apa yang mereka anggap sebagai upaya AS untuk menahan kebangkitan China dan mempertahankan dominasi globalnya. Dari sudut pandang China, langkah-langkah seperti tarif dagang di bawah pemerintahan Trump, pembatasan ekspor teknologi canggih seperti chip semikonduktor, hingga sanksi terhadap perusahaan teknologi China, adalah tindakan sepihak yang melanggar prinsip perdagangan bebas dan aturan WTO.

Ketegangan ini adalah bagian dari "perang dingin" ekonomi dan teknologi yang lebih besar. Ini bukan hanya tentang berapa banyak barang yang diperdagangkan atau seberapa besar subsidi yang diberikan, tetapi juga tentang siapa yang akan menetapkan standar teknologi masa depan, siapa yang akan memimpin inovasi, dan siapa yang akan mendefinisikan tatanan ekonomi global. Taiwan, Laut China Selatan, hak asasi manusia di Xinjiang, dan bahkan perang di Ukraina, semuanya menjadi bagian dari permadani rumit ketegangan geopolitik yang memengaruhi hubungan dagang. Konflik dagang menjadi medan pertempuran di mana kedua negara mencoba menegaskan kekuatan dan pengaruhnya masing-masing di panggung dunia.

Dampak Jangka Pendek dan Panjang Terhadap Ekonomi Global


Implikasi dari bentrokan AS-China di WTO ini jauh melampaui batas kedua negara. Pertama, ini menciptakan ketidakpastian bagi investor dan pelaku bisnis global. Prospek perang dagang yang memanas dapat menyebabkan gangguan rantai pasokan, kenaikan biaya produksi, dan penurunan investasi. Perusahaan multinasional mungkin dipaksa untuk memilih pihak, atau setidaknya mendiversifikasi operasi mereka untuk mengurangi risiko.

Kedua, ada potensi fragmentasi ekonomi global. Jika ketegangan terus meningkat, kita mungkin melihat pembentukan blok-blok perdagangan yang saling bersaing, yang pada akhirnya dapat merusak efisiensi dan inovasi yang telah didorong oleh globalisasi selama beberapa dekade. Ini juga dapat berdampak pada negara-negara berkembang yang seringkali bergantung pada akses pasar global yang stabil dan investasi asing.

Ketiga, kredibilitas WTO sebagai arbiter perdagangan global dipertaruhkan. Jika negara-negara besar seperti AS dan China terus berkonflik dan menolak mematuhi aturan main yang disepakati, peran WTO dalam menyelesaikan sengketa dan mempromosikan perdagangan yang adil bisa terkikis. Ini akan membuka pintu bagi praktik proteksionisme yang lebih luas dan "hukum rimba" dalam perdagangan internasional, di mana negara-negara kuat dapat mendikte persyaratan.

Jalan ke Depan: Mencari Titik Temu di Tengah Badai Ketidakpastian


Meredakan ketegangan antara AS dan China adalah tugas yang sangat kompleks, membutuhkan diplomasi yang cerdas dan kompromi dari kedua belah pihak. Namun, dengan perbedaan fundamental dalam sistem ekonomi dan visi geopolitik, mencari titik temu akan menjadi tantangan besar. Dialog yang berkelanjutan di forum seperti WTO, meskipun seringkali tegang, tetap penting sebagai saluran komunikasi.

Dunia perlu mengakui bahwa hubungan AS-China tidak akan kembali ke masa lalu. Persaingan strategis adalah keniscataan. Namun, persaingan tidak harus berarti konflik terbuka. Ada area-area di mana kerja sama masih krusial, seperti perubahan iklim, pandemi global, dan stabilitas keuangan. Mengelola persaingan ini dengan cara yang bertanggung jawab adalah kunci untuk mencegah dampak yang lebih parah terhadap ekonomi dan perdamaian global.

Masyarakat internasional, termasuk Uni Eropa, Jepang, dan negara-negara Asia Tenggara, juga memiliki peran penting. Mereka dapat mendorong kedua negara untuk mencari solusi konstruktif dan menjunjung tinggi aturan perdagangan multilateral. Mereka juga dapat menjadi penyeimbang, mencegah salah satu pihak untuk sepenuhnya mendominasi.

Kesimpulan


Bentrok di WTO antara AS dan China adalah lebih dari sekadar perselisihan dagang biasa. Ini adalah simtoma dari pergeseran kekuatan global yang mendalam, di mana ketegangan ekonomi, teknologi, dan geopolitik saling terkait erat. Bagaimana kedua negara ini mengelola perbedaan mereka akan membentuk lanskap ekonomi dan politik dunia di dekade mendatang. Apakah kita akan menyaksikan era baru konfrontasi yang mengancam pertumbuhan global, atau akankah ada jalan tengah yang ditemukan untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran bersama? Ini adalah pertanyaan krusial yang jawabannya akan memengaruhi kita semua.

Bagaimana menurut Anda? Apakah ketegangan ini akan terus memanas atau ada harapan untuk meredanya? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar!

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.