Mengapa Hanya Sedikit Wanita Bergelar Pahlawan Nasional? Komnas Perempuan Menyoroti Kesenjangan Sejarah Ini!

Mengapa Hanya Sedikit Wanita Bergelar Pahlawan Nasional? Komnas Perempuan Menyoroti Kesenjangan Sejarah Ini!

Komnas Perempuan mengkritik keras jumlah Pahlawan Nasional wanita yang sangat sedikit (hanya 17 dari lebih 200), menyoroti adanya bias sejarah dalam kriteria dan pendokumentasian.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read
Selamat datang, pembaca setia! Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa jika kita menyebut nama-nama Pahlawan Nasional Indonesia, mayoritas adalah laki-laki? Sebuah pertanyaan penting yang kini lantang disuarakan oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). Data menunjukkan angka yang mencengangkan: dari total lebih dari 200 Pahlawan Nasional, hanya 17 di antaranya adalah perempuan. Sebuah ketimpangan yang bukan hanya sekadar angka, melainkan cerminan bias sejarah dan tantangan serius dalam pengakuan kontribusi luar biasa para perempuan bagi bangsa.

Menguak Fakta: Pahlawan Wanita dalam Bayang-Bayang Sejarah

Sejarah Indonesia adalah permadani kaya raya yang ditenun oleh jutaan kisah perjuangan. Dari Aceh hingga Papua, dari masa pra-kemerdekaan hingga era pembangunan, setiap jengkal tanah pertiwi telah menyaksikan heroisme tak terhingga. Namun, saat kita menoleh pada daftar figur yang diberi gelar Pahlawan Nasional, ada narasi yang seolah "hilang" atau "tersembunyi". Tujuh belas perempuan dari lebih dari dua ratus adalah representasi yang sangat kecil, seolah menyiratkan bahwa kontribusi perempuan dalam membentuk Indonesia modern jauh lebih minor dibandingkan laki-laki.

Komnas Perempuan dengan tegas menyatakan bahwa kesenjangan ini bukanlah kebetulan. Ini adalah hasil dari kacamata sejarah yang seringkali maskulin, yang cenderung mendokumentasikan dan memprioritaskan bentuk-bentuk perjuangan yang dominan dilakukan oleh laki-laki, seperti pertempuran fisik dan kepemimpinan formal. Padahal, peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa sangat beragam dan tak kalah strategis. Mereka bukan hanya "pendamping" atau "pendukung" di belakang layar, tetapi juga pejuang garis depan, penggerak pendidikan, diplomat ulung, ahli strategi, hingga penjaga moral dan semangat perlawanan di tengah tekanan kolonial.

Menilik Kriteria dan Tantangan Pengakuan

Gelar Pahlawan Nasional bukanlah predikat yang diberikan secara sembarangan. Ada kriteria ketat yang harus dipenuhi, sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Kriteria ini umumnya mencakup kontribusi yang luar biasa bagi kemerdekaan atau kemajuan bangsa, rela berkorban demi negara, tidak pernah menyerah, dan memiliki dampak luas terhadap masyarakat.

Masalahnya, bagaimana kriteria ini diinterpretasikan? Seringkali, penafsiran berpusat pada aksi-aksi heroik yang sifatnya militeristik, konfrontatif, dan kepemimpinan di ruang publik yang didominasi laki-laki. Lalu, bagaimana dengan peran perempuan yang mungkin berjuang di ranah domestik, melalui pendidikan anak-anak agar cinta tanah air, melalui seni untuk menyuarakan perlawanan, atau bahkan melalui diplomasi "senyap" yang tidak tercatat dalam arsip perang? Peran-peran vital ini seringkali kurang terakomodasi dalam "kacamata" penilaian yang ada.

Tantangan lainnya adalah dokumentasi sejarah. Banyak kisah perjuangan perempuan yang tidak tercatat secara memadai. Arsip-arsip sejarah kita seringkali ditulis oleh dan untuk laki-laki, sehingga kontribusi perempuan terpinggirkan atau bahkan diabaikan. Kesaksian lisan, cerita rakyat, atau catatan pribadi yang mungkin menyimpan jejak-jejak heroisme perempuan, seringkali tidak dianggap sebagai sumber primer yang valid, sehingga menyulitkan proses pengajuan dan verifikasi. Ini menciptakan siklus di mana minimnya data berujung pada minimnya pengakuan.

Suara Komnas Perempuan: Mendorong Perubahan dan Keadilan

Melihat realitas ini, Komnas Perempuan mendesak pemerintah untuk melakukan revisi terhadap kriteria dan mekanisme pengusulan Pahlawan Nasional. Mereka menyerukan perlunya pendekatan yang lebih responsif gender dalam melihat sejarah dan menghargai kontribusi. Ini berarti:

1. Memperluas Definisi Perjuangan: Tidak hanya berfokus pada perang dan politik formal, tetapi juga mencakup perjuangan di bidang pendidikan, sosial, kebudayaan, kesehatan, ekonomi, dan diplomasi yang dijalankan perempuan.
2. Penelitian Sejarah Berbasis Gender: Mendorong para sejarawan dan peneliti untuk menggunakan lensa gender dalam menggali kembali arsip-arsip lama, menelusuri kisah-kisah lisan, dan menafsirkan ulang peristiwa sejarah agar kontribusi perempuan tidak lagi tersembunyi.
3. Memberdayakan Masyarakat Lokal: Mengajak komunitas, keluarga, dan akademisi di daerah untuk aktif mengidentifikasi dan mengusulkan figur perempuan lokal yang memiliki kontribusi besar namun belum dikenal luas.
4. Edukasi dan Kampanye: Mengadakan kampanye kesadaran publik untuk memperkenalkan lebih banyak tokoh perempuan heroik kepada generasi muda, sehingga mereka memiliki role model yang lebih beragam dan inklusif.

Dampak dari pengakuan yang lebih adil akan sangat besar. Bukan hanya sekadar menambah jumlah, tetapi juga menginspirasi generasi perempuan muda untuk berani bermimpi dan berkontribusi tanpa batas. Ini akan memperkaya narasi kebangsaan kita, menunjukkan bahwa kekuatan dan kepahlawanan datang dari berbagai bentuk dan dari setiap individu, tanpa memandang gender.

Langkah ke Depan: Membangun Sejarah yang Inklusif

Membongkar bias sejarah bukanlah tugas mudah, tetapi ini adalah keharusan jika kita ingin membangun bangsa yang benar-benar adil dan inklusif. Pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dan setiap individu memiliki peran dalam upaya ini. Mari kita bersama-sama menggali, mengakui, dan merayakan keberanian serta dedikasi para perempuan yang telah mewarnai sejarah bangsa ini dengan tinta emas mereka.

Jangan biarkan kisah mereka terkubur oleh waktu atau terlupakan dalam narasi yang timpang. Pengakuan terhadap Pahlawan Nasional Wanita adalah pengakuan terhadap seluruh kekuatan dan potensi perempuan Indonesia. Sudah saatnya kita memiliki daftar pahlawan yang secara akurat merefleksikan keragaman perjuangan dan kontribusi seluruh rakyat Indonesia.

Bagaimana menurut Anda? Siapa pahlawan wanita yang kisahnya perlu lebih sering kita dengar? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar dan mari bersama-sama menjadi bagian dari upaya mengukir kembali sejarah yang lebih adil dan lengkap!

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.