Ironi Pahit Israel: Laporan Terbaru Ungkap Jurang Kemiskinan yang Kian Melebar di Tengah Kemajuan Ekonomi

Ironi Pahit Israel: Laporan Terbaru Ungkap Jurang Kemiskinan yang Kian Melebar di Tengah Kemajuan Ekonomi

Laporan tahunan terbaru dari National Insurance Institute (NII) Israel mengungkapkan peningkatan angka kemiskinan yang mengkhawatirkan pada tahun 2021, terutama di kalangan lansia (18,8% rumah tangga) dan anak-anak (27,2% anak).

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read
Israel, seringkali disebut sebagai 'Startup Nation', dengan inovasi teknologi yang meroket dan ekonomi yang tangguh, memancarkan citra kemakmuran dan keberhasilan di panggung global. Namun, di balik fasad gemerlap ini, tersembunyi sebuah realitas yang jauh lebih suram, sebuah jurang kesenjangan sosial dan ekonomi yang kian melebar. Laporan tahunan terbaru dari National Insurance Institute (NII) atau Bituah Leumi, yang menganalisis data tahun 2021, mengungkapkan gambaran yang mengkhawatirkan: peningkatan signifikan dalam angka kemiskinan, terutama di kalangan lansia dan anak-anak. Ini bukan sekadar angka statistik; ini adalah kisah tentang jutaan individu yang berjuang setiap hari, berhadapan dengan biaya hidup yang terus melonjak, dan menuntut perhatian serius serta tindakan nyata dari para pembuat kebijakan.

Di Balik Gemerlap Kemajuan: Angka-angka yang Mengejutkan



Laporan Bituah Leumi menyajikan data yang menampar, menyoroti kontradiksi tajam antara narasi kemajuan Israel dan realitas hidup warganya. Secara keseluruhan, 16,9% keluarga di Israel—setara dengan 427.000 rumah tangga—hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun 2021. Angka ini mewakili 21,6% dari total individu, atau sekitar 2,1 juta orang yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Angka-angka ini sangat memprihatinkan, tetapi rincian lebih lanjutlah yang benar-benar mengungkap kedalaman krisis.

Yang paling mengkhawatirkan adalah kondisi lansia. Laporan tersebut menunjukkan bahwa 18,8% dari rumah tangga lansia, atau hampir satu dari lima, hidup dalam kemiskinan. Kelompok ini, yang seharusnya menikmati masa tua dengan tenang setelah bertahun-tahun berkarya, justru harus menghadapi pilihan sulit antara membeli makanan, obat-obatan, atau membayar sewa. Kondisi serupa juga menimpa generasi penerus: 27,2% anak-anak, atau sekitar 873.400 jiwa, tumbuh dalam kemiskinan. Ini berarti lebih dari satu dari empat anak di Israel memulai hidup mereka dengan ketidakberuntungan fundamental, yang memiliki implikasi jangka panjang terhadap pendidikan, kesehatan, dan peluang masa depan mereka. Jurang kemiskinan yang disebut "gap kemiskinan" juga semakin dalam, menunjukkan bahwa mereka yang sudah miskin, semakin terperosok ke dalam kesulitan yang lebih parah.

Siapa yang Paling Terkena Dampak? Mengurai Kesenjangan Sosial



Analisis lebih lanjut dari laporan ini mengungkap pola-pola demografis yang jelas mengenai kelompok mana saja yang paling rentan terhadap kemiskinan. Keluarga Haredi (Yahudi ultra-Ortodoks) dan keluarga Arab secara konsisten memiliki tingkat kemiskinan yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Ini sering kali disebabkan oleh kombinasi faktor seperti ukuran keluarga yang lebih besar, tingkat partisipasi angkatan kerja yang lebih rendah di sektor-sektor tertentu, dan tantangan dalam akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan pasar kerja modern.

Selain itu, keluarga beranggotakan satu orang tua juga menghadapi risiko kemiskinan yang signifikan, seringkali karena keterbatasan sumber daya dan beban ganda dalam mengurus rumah tangga serta mencari nafkah. Meskipun laporan mencatat sedikit penurunan dalam jumlah "working poor" (orang dewasa lajang yang bekerja penuh waktu namun masih tergolong miskin), perbaikan ini tidak cukup signifikan untuk mengubah gambaran keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa bahkan dengan adanya pekerjaan, upah minimum dan biaya hidup yang tinggi di Israel masih membuat banyak orang sulit keluar dari cengkeraman kemiskinan.

Peran Vital Bituah Leumi: Penyelamat di Tengah Badai



Meskipun gambaran kemiskinan ini suram, laporan Bituah Leumi juga menekankan peran krusial lembaga ini sebagai jaring pengaman sosial. Tanpa manfaat dan tunjangan yang disalurkan oleh NII, angka kemiskinan di Israel akan melonjak secara dramatis. Diperkirakan bahwa tanpa intervensi NII, tingkat kemiskinan akan mencapai 37,7% keluarga dan 43,1% individu. Angka-angka ini menunjukkan betapa vitalnya Bituah Leumi dalam mencegah bencana sosial yang lebih besar.

Namun, ketergantungan yang begitu besar pada tunjangan pemerintah juga menggarisbawahi bahwa NII, meskipun efektif dalam meringankan, bukanlah solusi akhir. Tugas lembaga ini adalah meredakan gejala, bukan menyelesaikan akar masalah kemiskinan yang lebih dalam. Hal ini menuntut pendekatan yang lebih komprehensif dan multidimensional dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.

Menilik Akar Masalah: Biaya Hidup yang Melonjak dan Kebijakan yang Mendesak



Salah satu pendorong utama di balik peningkatan kemiskinan ini, seperti yang disoroti oleh CEO NII Yarona Shalom, adalah kenaikan biaya hidup yang signifikan di Israel. Harga perumahan, makanan, transportasi, dan kebutuhan dasar lainnya terus meroket, melampaui kemampuan daya beli sebagian besar warga, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Shalombahkan menyebut laporan ini sebagai "lampu merah" dan "panggilan darurat" bagi para pembuat kebijakan untuk mengambil tindakan segera.

Solusi jangka panjang tidak hanya terbatas pada pemberian tunjangan. Pemerintah perlu secara serius mengatasi masalah perumahan yang tidak terjangkau, meningkatkan akses ke pendidikan berkualitas dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, serta memastikan upah minimum yang realistis dan mampu menopang kehidupan yang layak. Dukungan bagi usaha kecil dan menengah (UMKM) serta program penjangkauan yang spesifik untuk komunitas rentan juga sangat penting untuk menciptakan jalur menuju kemandirian ekonomi.

Jalan ke Depan: Tanggung Jawab Bersama Menuju Israel yang Lebih Adil



Laporan Bituah Leumi ini harus menjadi katalis untuk dialog nasional dan aksi kolektif. Mengatasi kemiskinan di Israel adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. Masyarakat sipil, sektor swasta, dan individu memiliki peran masing-masing dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan setara. Ini mencakup mendukung inisiatif sosial, mendorong kesadaran publik, dan berpartisipasi dalam advokasi kebijakan yang berpihak pada kaum rentan. Menciptakan peluang yang setara bagi semua, bukan hanya memberikan bantuan, adalah kunci untuk memutus siklus kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kemakmuran sejati sebuah bangsa tidak dapat diukur hanya dari angka PDB atau inovasi teknologinya, tetapi juga dari bagaimana bangsa tersebut merawat dan melindungi warganya yang paling rentan. Laporan ini bukan sekadar kumpulan data; ini adalah cermin yang memantulkan kondisi sosial Israel yang sesungguhnya, sebuah panggilan darurat yang tidak bisa diabaikan. Untuk membangun Israel yang benar-benar kuat dan berdaya tahan, kita harus memastikan bahwa tidak ada satu pun warga negaranya yang tertinggal dalam perjuangan ini. Sudah saatnya bagi para pemimpin dan masyarakat untuk bersatu, menghadapi kenyataan pahit ini, dan bekerja sama menciptakan masa depan di mana kemakmuran adalah hak, bukan hak istimewa, bagi setiap warga Israel.

Apa pendapat Anda tentang temuan laporan ini? Bagaimana kita bisa mengatasi tantangan kemiskinan ini bersama-sama? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar dan mari sebarkan kesadaran ini!

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.