Geger Pemakzulan Ketum PBNU Yahya Staquf: Badai Menerjang Nahdlatul Ulama, Bagaimana Sikap Pengurus Wilayah?

Geger Pemakzulan Ketum PBNU Yahya Staquf: Badai Menerjang Nahdlatul Ulama, Bagaimana Sikap Pengurus Wilayah?

Wacana pemakzulan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf sedang menjadi sorotan utama.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read

Geger Pemakzulan Ketum PBNU Yahya Staquf: Badai Menerjang Nahdlatul Ulama, Bagaimana Sikap Pengurus Wilayah?



Nahdlatul Ulama (NU), organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, kembali menjadi sorotan publik. Bukan karena kiprah dakwah atau program sosialnya, melainkan karena gejolak internal yang cukup serius: wacana pemakzulan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU), KH Yahya Cholil Staquf. Isu ini sontak memicu perdebatan panas di kalangan Nahdliyin dan menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat, mengingat posisi strategis NU sebagai pilar penting bangsa.

Angin pemakzulan ini bukan sekadar bisik-bisik. Dengan munculnya nama-nama penting dan respons dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), dinamika internal ini menunjukkan bahwa masa depan kepemimpinan PBNU kini berada di persimpangan jalan. Bagaimana akar masalahnya? Siapa saja yang terlibat? Dan yang terpenting, bagaimana sikap para Pengurus Wilayah yang memiliki peran krusial dalam menentukan arah organisasi? Mari kita selami lebih dalam pusaran konflik yang dapat mempengaruhi soliditas Nahdlatul Ulama ini.

Awal Mula Gejolak: Dari Mana Angin Pemakzulan Berhembus?


Wacana pemakzulan Yahya Staquf pertama kali menyeruak ke permukaan melalui pernyataan dari salah satu tokoh yang cukup disegani di lingkungan NU, yakni KH Abdussalam Shohib atau yang akrab disapa Gus Salam. Cucunda pendiri NU, Hadratussyekh KH M. Hasyim Asy'ari, ini secara terbuka menyatakan ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Yahya Staquf. Gus Salam menilai bahwa ada beberapa kebijakan dan langkah Ketum PBNU yang dianggap menyimpang dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi, serta dinilai kurang sesuai dengan khittah Nahdlatul Ulama.

Tuntutan pemakzulan ini, menurut Gus Salam, bukan lahir dari kepentingan pribadi atau kelompok, melainkan sebagai upaya untuk mengembalikan marwah organisasi yang dianggap mulai tergerus. Isu-isu seperti dugaan adanya ketidaktransparanan dalam pengelolaan aset, pengambilan keputusan yang kurang melibatkan jajaran syuriah, hingga potensi konflik kepentingan, menjadi pemicu utama. Tuntutan ini kemudian mencari resonansi di tingkat Pengurus Wilayah, yang secara struktural memiliki hak dan kewajiban untuk menyuarakan aspirasi dari bawah dan mengawasi jalannya roda organisasi di tingkat pusat. Inilah yang membuat respons dari PWNU menjadi sangat vital dalam menentukan kelanjutan isu ini.

PWNU Jawa Timur: Antara Netralitas dan Penegakan AD/ART


Sebagai salah satu Pengurus Wilayah terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, sikap PWNU Jawa Timur selalu menjadi barometer penting dalam setiap gejolak internal NU. Menanggapi isu pemakzulan Ketum PBNU, Ketua PWNU Jawa Timur, KH. Abdus Salam Shohib, menyatakan bahwa PWNU Jawa Timur tidak ingin terburu-buru mengambil sikap, melainkan menekankan pada pentingnya mematuhi prosedur yang telah ditetapkan dalam AD/ART organisasi.

Sikap yang diambil oleh PWNU Jawa Timur ini dapat diartikan sebagai bentuk kehati-hatian sekaligus penegasan akan prinsip hukum organisasi. Mereka tidak serta-merta mendukung atau menolak wacana pemakzulan, namun memastikan bahwa setiap langkah harus ditempuh sesuai mekanisme yang benar. Artinya, jika ada pihak yang ingin mengajukan pemakzulan, maka prosesnya harus melalui Muktamar Luar Biasa (MLB) yang tata caranya telah diatur ketat dalam AD/ART NU. Persyaratan untuk dapat menyelenggarakan MLB, seperti dukungan minimal dua pertiga dari jumlah Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang, menjadi kunci penentu apakah wacana pemakzulan ini dapat berlanjut atau tidak. Penekanan pada AD/ART ini menunjukkan kematangan berorganisasi dan keinginan untuk menghindari perpecahan yang lebih dalam.

Dinamika di Tingkat Pengurus Wilayah Lain: Solidaritas atau Pembelotan?


Meskipun perhatian utama sering tertuju pada PWNU Jawa Timur, respons dari Pengurus Wilayah lainnya di seluruh Indonesia juga menjadi faktor krusial. Setiap PWNU memiliki dinamika internalnya sendiri, dengan perbedaan dalam pandangan politik, afiliasi tokoh, dan juga tingkat kepuasan terhadap kepemimpinan PBNU. Pertanyaannya, apakah PWNU-PWNU lain akan mengikuti jejak kehati-hatian PWNU Jawa Timur, atau justru akan ada yang secara terbuka menyatakan dukungan terhadap upaya pemakzulan?

Jika beberapa PWNU mayoritas mendukung, maka wacana pemakzulan ini bisa saja memperoleh momentum yang signifikan. Sebaliknya, jika mayoritas PWNU memilih untuk tetap loyal atau mengambil sikap netral seperti PWNU Jatim, maka upaya pemakzulan ini akan sulit untuk direalisasikan. Di sinilah letak kompleksitasnya. Para ulama dan kiai di tingkat wilayah akan saling berkomunikasi, berdiskusi, dan menimbang matang-matang implikasi dari setiap keputusan yang mereka ambil. Soliditas NU sebagai organisasi terbesar sangat bergantung pada bagaimana konsensus atau setidaknya kesepahaman bisa dicapai di tengah perbedaan pandangan ini.

Menilik Pasal-pasal AD/ART NU: Prosedur Pemakzulan yang Tidak Mudah


Untuk dapat melengserkan seorang Ketua Umum PBNU di tengah masa jabatannya, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Nahdlatul Ulama telah mengatur mekanisme yang sangat ketat dan berlapis. Prosedur pemakzulan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Biasanya, proses ini dimulai dengan usulan resmi dari sejumlah Pengurus Wilayah dan/atau Pengurus Cabang yang merasa perlu untuk menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (MLB).

AD/ART NU mengamanatkan bahwa untuk dapat terselenggaranya MLB, harus ada dukungan minimal dua pertiga dari seluruh Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang. Dukungan ini harus bersifat tertulis dan dilengkapi dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan secara organisasi. Selanjutnya, PBNU akan menyelenggarakan Sidang Pleno untuk mengkaji usulan tersebut. Jika memang terbukti ada pelanggaran berat AD/ART atau hal-hal krusial lainnya, barulah usulan MLB dapat disetujui. Dalam MLB itu sendiri, keputusan pemakzulan harus didukung oleh mayoritas peserta. Proses yang berjenjang dan membutuhkan konsensus luas ini menunjukkan bahwa NU sangat menjunjung tinggi stabilitas organisasi dan tidak mudah terprovokasi oleh gejolak sesaat.

Dampak Potensial Terhadap Marwah dan Soliditas Organisasi


Gejolak internal seperti wacana pemakzulan Ketum PBNU, jika tidak ditangani dengan bijaksana dan sesuai prosedur, berpotensi menimbulkan dampak yang signifikan terhadap marwah dan soliditas organisasi. Pertama, citra NU di mata publik bisa tercoreng. Organisasi yang seharusnya menjadi teladan dalam menjaga persatuan umat, justru terlihat bergolak di dalamnya. Kedua, fokus PBNU dapat terpecah. Energi dan waktu yang seharusnya digunakan untuk mengurus umat dan menjalankan program-program strategis, justru terkuras untuk menyelesaikan konflik internal.

Ketiga, dapat terjadi perpecahan di kalangan Nahdliyin, mulai dari tingkat pengurus hingga akar rumput. Polarisasi opini bisa memperlebar jurang perbedaan dan merusak ikatan persaudaraan yang telah lama terjalin. Keempat, kepercayaan publik, termasuk pemerintah dan mitra-mitra strategis, bisa menurun. NU adalah organisasi besar yang memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas nasional. Konflik internal yang berkepanjangan dapat mengganggu peran tersebut. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk mengedepankan musyawarah, kebijaksanaan para ulama, dan kepentingan organisasi di atas segalanya.

Yahya Staquf dan Reaksi Timbal Balik


Dalam setiap gejolak, tentu ada pihak yang menjadi objek kritik. Sejauh ini, KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketum PBNU yang menjadi sasaran wacana pemakzulan, belum memberikan tanggapan secara eksplisit dan mendalam terkait isu ini di ruang publik. Namun, bukan berarti situasi ini dibiarkan begitu saja. Biasanya, dalam situasi seperti ini, komunikasi internal yang intensif akan dilakukan. PBNU melalui jajaran syuriah dan tanfidziyah akan berupaya meredam gejolak, mengklarifikasi isu-isu yang beredar, dan mencari titik temu melalui musyawarah.

Sebagai pemimpin tertinggi, tanggung jawab Yahya Staquf adalah menjaga persatuan dan kesatuan organisasi. Ada kemungkinan bahwa pihak PBNU akan mengeluarkan pernyataan resmi atau melakukan pertemuan dengan para pihak yang mengajukan kritik untuk mencari jalan keluar terbaik. Dialog dan transparansi menjadi kunci untuk meredakan ketegangan dan menunjukkan bahwa PBNU serius dalam menangani setiap aspirasi maupun kritik yang muncul dari kadernya.

Masa Depan NU di Ujung Musyawarah dan Kebijaksanaan


Pusaran isu pemakzulan Ketum PBNU Yahya Staquf adalah sebuah ujian bagi soliditas dan kematangan organisasi Nahdlatul Ulama. Sikap hati-hati dan penekanan pada AD/ART oleh PWNU Jawa Timur menunjukkan kematangan berorganisasi, namun perjalanan masih panjang. Bagaimana sikap PWNU lain, sejauh mana isu-isu yang diangkat bisa dibuktikan, dan bagaimana PBNU di bawah kepemimpinan Yahya Staquf merespons, akan menjadi penentu.

Masa depan NU sebagai penjaga tradisi Aswaja dan pilar bangsa ada di tangan para pengurus, kiai, dan ulama yang terlibat dalam dinamika ini. Semoga kebijaksanaan para sesepuh NU dapat membimbing organisasi ini keluar dari badai, kembali fokus pada khittah dan misi utamanya dalam melayani umat dan menjaga keutuhan bangsa. Kita semua berharap agar solusi terbaik dapat ditemukan melalui jalur musyawarah, demi menjaga marwah dan keberlangsungan organisasi Islam terbesar ini.

Bagaimana menurut Anda? Apa pandangan Anda terhadap gejolak internal di PBNU ini? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar di bawah.

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.