Bahasa Portugis di Kurikulum: Beban Baru bagi Siswa atau Jembatan Emas Menuju Dunia?

Bahasa Portugis di Kurikulum: Beban Baru bagi Siswa atau Jembatan Emas Menuju Dunia?

DPR khawatir usulan penambahan pembelajaran Bahasa Portugis di kurikulum sekolah akan memberatkan siswa yang sudah memiliki jadwal padat.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read

Bahasa Portugis di Kurikulum: Beban Baru bagi Siswa atau Jembatan Emas Menuju Dunia?



Wacana baru dalam dunia pendidikan Indonesia kembali mengemuka, memicu perdebatan sengit di berbagai kalangan. Kali ini, sorotan tertuju pada kemungkinan masuknya Bahasa Portugis sebagai mata pelajaran baru dalam kurikulum nasional. Sebuah ide yang mungkin terdengar eksotis, namun sontak menimbulkan kekhawatiran serius dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), khususnya Komisi X yang membidangi pendidikan, kebudayaan, dan olahraga. Mereka khawatir, penambahan mata pelajaran baru ini akan menjadi beban ekstra yang memberatkan siswa Indonesia yang sudah dijejali dengan segudang materi.

Lalu, benarkah Bahasa Portugis akan menjadi beban? Atau justru ini adalah peluang emas yang bisa membuka pintu gerbang bagi generasi muda Indonesia menuju cakrawala global yang lebih luas? Mari kita bedah lebih dalam.

Kekhawatiran DPR: Beban Siswa di Tengah Kurikulum Padat



Kekhawatiran DPR bukanlah tanpa dasar. Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan, dengan tegas menyatakan bahwa kurikulum pendidikan saat ini sudah sangat padat. Siswa-siswi Indonesia, dari jenjang dasar hingga menengah, telah bergulat dengan berbagai mata pelajaran wajib, ekstrakurikuler, dan tuntutan akademik lainnya. Menambahkan Bahasa Portugis, sebuah bahasa yang mungkin belum banyak dikenal di Indonesia, dikhawatirkan akan semakin menumpuk beban mereka.

Membedah Alasan Kekhawatiran DPR



Ada beberapa poin utama yang menjadi sorotan dan dasar kekhawatiran DPR:

1. Kepadatan Kurikulum: Sistem pendidikan Indonesia sering kali dikritik karena terlalu banyak teori dan kurang praktik. Kurikulum yang padat membuat siswa memiliki sedikit waktu untuk eksplorasi diri, pengembangan minat, atau bahkan sekadar beristirahat. Penambahan satu mata pelajaran baru, apalagi bahasa asing yang memerlukan dedikasi tinggi, bisa memperparah kondisi ini.
2. Ketersediaan Sumber Daya: Diperlukan guru-guru Bahasa Portugis yang kompeten dan materi ajar yang memadai. Pertanyaannya, apakah Indonesia memiliki cukup tenaga pengajar berkualitas yang siap mengampu mata pelajaran ini di seluruh pelosok negeri? Pelatihan guru tentu memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
3. Prioritas Pendidikan: Dalam situasi di mana Indonesia masih berjuang meningkatkan literasi dasar, numerasi, dan kualitas pendidikan secara merata, apakah memperkenalkan Bahasa Portugis adalah prioritas utama? Sebagian berpendapat, fokus harus tetap pada peningkatan kualitas inti pendidikan.
4. Efektivitas Pembelajaran: Tanpa ekosistem yang mendukung, seperti paparan media atau kesempatan praktik, efektivitas pembelajaran bahasa asing bisa dipertanyakan. Apakah siswa akan benar-benar menguasai Bahasa Portugis atau hanya sekadar menjadikannya beban hafalan semata?

Realitas Beban Akademik Siswa Indonesia



Data dan laporan seringkali menunjukkan bahwa siswa Indonesia menghadapi tekanan akademik yang tinggi. Tingginya angka stres pada remaja, kurangnya waktu bermain, dan tekanan untuk mencapai nilai sempurna menjadi isu yang tak bisa diabaikan. Kurikulum Merdeka yang baru saja digulirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) justru bertujuan untuk mengurangi beban ini, memberikan ruang lebih bagi siswa untuk belajar sesuai minat dan potensinya. Wacana penambahan Bahasa Portugis seolah berlawanan dengan semangat reformasi kurikulum tersebut.

Mengapa Portugis? Melihat Sisi Lain Potensi



Di balik kekhawatiran, tentu ada alasan mengapa ide ini muncul. Bisa jadi, usulan pembelajaran Bahasa Portugis datang dari pertimbangan strategis yang lebih luas, seperti diplomasi, ekonomi, atau kebudayaan.

Potensi Geopolitik dan Ekonomi



Bahasa Portugis adalah bahasa resmi di sembilan negara, termasuk Portugal, Brasil, Angola, Mozambik, dan Timor Leste, serta beberapa wilayah lainnya. Total penuturnya mencapai lebih dari 250 juta jiwa di seluruh dunia. Mempelajari Bahasa Portugis bisa membuka peluang besar:

1. Kerja Sama Bilateral: Memperkuat hubungan diplomatik dan kerja sama ekonomi dengan negara-negara berbahasa Portugis. Brasil, sebagai raksasa ekonomi di Amerika Latin, atau Portugal yang menjadi pintu gerbang ke Eropa, menawarkan potensi pasar dan investasi yang signifikan.
2. Peluang Karier Global: Lulusan yang menguasai Bahasa Portugis akan memiliki keunggulan kompetitif dalam industri pariwisata, perdagangan internasional, diplomasi, bahkan pekerjaan di organisasi internasional.
3. Eksplorasi Budaya: Bahasa adalah kunci untuk memahami budaya. Dengan mempelajari Bahasa Portugis, siswa dapat menyelami kekayaan sastra, musik, dan sejarah negara-negara Lusofon yang beragam.
4. Sejarah dan Hubungan Regional: Untuk konteks Asia Tenggara, ada Timor Leste yang memiliki sejarah panjang dan warisan budaya Portugis. Penguasaan bahasa ini bisa mempererat hubungan regional.

Pembelajaran Bahasa Asing: Investasi Masa Depan?



Di era globalisasi, penguasaan lebih dari satu bahasa asing dianggap sebagai aset berharga. Selain Bahasa Inggris yang sudah menjadi lingua franca, mempelajari bahasa asing lain seperti Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, atau Prancis seringkali menjadi pilihan. Bahasa Portugis mungkin belum sepopuler itu di Indonesia, namun potensi masa depannya tidak bisa diremehkan. Ini bisa menjadi investasi jangka panjang untuk sumber daya manusia Indonesia yang siap bersaing di kancah global.

Tantangan Implementasi: Guru, Materi, dan Minat



Jika gagasan ini diteruskan, tantangan implementasinya akan sangat besar. Selain masalah ketersediaan guru dan materi ajar, minat siswa juga perlu dipertimbangkan. Apakah siswa akan antusias mempelajari bahasa yang relatif "asing" bagi mereka, atau justru melihatnya sebagai kewajiban tambahan? Pendekatan pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan kehidupan siswa akan menjadi kunci. Membangun ekosistem yang mendukung, seperti program pertukaran pelajar, beasiswa, atau kesempatan kerja, juga penting untuk memupuk minat.

Suara Siswa dan Orang Tua: Apa Kata Mereka?



Penting untuk mendengar suara langsung dari pihak yang paling terdampak: siswa dan orang tua. Sebagian mungkin melihatnya sebagai peluang baru untuk anak-anak mereka. Namun, tidak sedikit pula yang akan menyoroti kesulitan dan tekanan yang mungkin timbul. Sebuah survei atau forum diskusi publik dapat memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai penerimaan ide ini di masyarakat. Bagaimanapun, pendidikan adalah untuk anak bangsa, dan suara mereka patut didengar dan dipertimbangkan.

Menuju Kurikulum Ideal: Keseimbangan Antara Beban dan Kebutuhan



Debat mengenai Bahasa Portugis ini sekali lagi menyoroti perlunya keseimbangan dalam pengembangan kurikulum. Pendidikan harus relevan dengan kebutuhan masa depan, namun tidak boleh mengorbankan kesejahteraan mental dan fisik siswa. Mungkin, alih-alih menjadikannya mata pelajaran wajib di seluruh sekolah, Bahasa Portugis bisa ditawarkan sebagai pilihan, atau menjadi bagian dari program keahlian di sekolah-sekolah tertentu yang memiliki fokus internasional. Pendekatan yang fleksibel dan bertahap mungkin lebih bijaksana.

Kesimpulan: Debat Berlanjut, Masa Depan Bahasa Portugis di Tangan Kita



Wacana penambahan Bahasa Portugis ke dalam kurikulum pendidikan Indonesia adalah isu kompleks yang membutuhkan pertimbangan matang dari berbagai pihak. Kekhawatiran DPR akan potensi beban bagi siswa sangatlah valid, terutama mengingat kepadatan kurikulum yang sudah ada. Namun, di sisi lain, potensi manfaat dari penguasaan bahasa ini dalam konteks globalisasi juga tidak bisa diabaikan.

Keputusan akhir haruslah didasarkan pada analisis mendalam mengenai kebutuhan riil, kesiapan infrastruktur pendidikan, serta yang terpenting, kesejahteraan dan masa depan siswa Indonesia. Apakah kita siap menanggung beban untuk membuka pintu gerbang menuju peluang baru? Atau haruskah kita lebih dulu merapikan fondasi yang ada sebelum melangkah lebih jauh?

Bagaimana menurut Anda? Apakah Bahasa Portugis adalah beban atau peluang? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar dan mari diskusikan masa depan pendidikan kita bersama!

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.