Badai di Silicon Valley: Investor Aktivis Tuntut Alphabet Pangkas Biaya Miliaran Dolar, Ada Apa dengan Google?

Badai di Silicon Valley: Investor Aktivis Tuntut Alphabet Pangkas Biaya Miliaran Dolar, Ada Apa dengan Google?

Investor aktivis Chris Hohn dari TCI Fund Management menekan Alphabet (induk Google) untuk melakukan pemotongan biaya yang jauh lebih besar dari yang telah dilakukan, termasuk potensi PHK massal dan meningkatkan profitabilitas Google Cloud.

Ari Pratama Ari Pratama
Oct 25, 2025 9 min Read

Badai di Silicon Valley: Investor Aktivis Tuntut Alphabet Pangkas Biaya Miliaran Dolar, Ada Apa dengan Google?



Silicon Valley, episentrum inovasi teknologi global, kembali bergejolak. Namun kali ini, guncangannya bukan berasal dari terobosan baru atau peluncuran produk revolusioner, melainkan dari sebuah seruan lantang yang menuntut efisiensi brutal. Raksasa teknologi Alphabet, induk perusahaan Google, kini berada di bawah tekanan besar dari seorang investor aktivis terkemuka yang mendesak pemotongan biaya besar-besaran, termasuk potensi PHK massal yang jauh lebih besar dari yang sudah terjadi. Apakah ini pertanda era baru bagi raksasa teknologi, di mana profitabilitas mengalahkan pertumbuhan apa pun?

Dalam iklim ekonomi yang tidak menentu, dengan inflasi tinggi dan suku bunga yang terus menanjak, pasar tampaknya mulai kehilangan kesabaran terhadap model pertumbuhan "berdarah-darah" yang selama ini menjadi ciri khas perusahaan teknologi. Meta, Amazon, dan Microsoft telah lebih dulu melakukan pemangkasan karyawan, namun kini giliran Google yang menjadi sorotan. Sebuah laporan dari The Wall Street Journal mengungkap bahwa Chris Hohn, managing partner dari TCI Fund Management Ltd., telah menyurati CEO Alphabet, Sundar Pichai, dengan tuntutan yang jelas: Alphabet harus mengurangi biaya secara signifikan.

Siapa di Balik Tekanan Ini? Profil Chris Hohn dan TCI Fund Management



Chris Hohn bukanlah nama asing di dunia keuangan. Ia adalah seorang investor aktivis yang dihormati sekaligus ditakuti, dikenal karena pendekatannya yang lugas dan kemampuannya untuk mendorong perubahan substansial di perusahaan-perusahaan besar. TCI Fund Management, dana investasi yang didirikannya, memiliki rekam jejak panjang dalam mengadvokasi efisiensi dan peningkatan nilai pemegang saham di berbagai korporasi global, mulai dari Deutsche Börse hingga London Stock Exchange Group (LSEG).

TCI Fund Management, dengan aset yang dikelolanya mencapai puluhan miliar dolar, bukan sekadar penonton pasif. Mereka adalah pemain kunci yang membeli saham perusahaan untuk mendapatkan pengaruh, kemudian menggunakan pengaruh tersebut untuk mendesak manajemen agar melakukan perubahan yang mereka yakini akan meningkatkan kinerja finansial dan harga saham. Dalam kasus Alphabet, TCI Fund Management adalah salah satu pemegang saham terbesar, memberikan bobot signifikan pada setiap tuntutan yang mereka ajukan. Hohn, melalui surat terbukanya, tidak hanya menyuarakan keprihatinannya, tetapi juga menyajikan argumen finansial yang kuat untuk mendukung klaimnya bahwa Alphabet terlalu boros.

Mengapa Alphabet Menjadi Target Utama Tekanan Investor?



Pertanyaan besar yang muncul adalah, mengapa perusahaan sebesar dan sesukses Alphabet bisa menjadi sasaran empuk bagi investor aktivis? Hohn menyoroti dua area utama yang menurutnya membebani keuangan Alphabet: kelebihan karyawan (overstaffing) dan profitabilitas yang meragukan dari divisi Google Cloud.

Gugatan "Kelebihan Karyawan"



Chris Hohn dengan tegas menyatakan bahwa Alphabet, khususnya Google, memiliki terlalu banyak karyawan. Ia berargumen bahwa dengan jumlah karyawan yang mencapai lebih dari 180.000, biaya operasional perusahaan menjadi membengkak tanpa justifikasi yang memadai dalam hal peningkatan produktivitas atau inovasi. Hohn mencatat bahwa pertumbuhan jumlah karyawan Google selama beberapa tahun terakhir jauh melampaui pertumbuhan pendapatan, sebuah ketidakseimbangan yang menurutnya tidak berkelanjutan.

Dalam suratnya, Hohn mengingatkan tentang gelombang PHK yang telah dilakukan oleh Meta (Facebook), Amazon, dan Microsoft. Ini menunjukkan bahwa bahkan raksasa teknologi yang paling mapan pun tidak kebal terhadap kebutuhan untuk merampingkan diri di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Hohn berpendapat bahwa PHK 12.000 karyawan yang dilakukan Alphabet pada Januari lalu hanyalah "awal yang baik," namun ia menuntut pengurangan yang "jauh lebih besar." Ini adalah seruan untuk memangkas ribuan, atau bahkan puluhan ribu, pekerjaan lagi.

Teka-teki Profitabilitas Google Cloud



Selain isu kelebihan karyawan, Hohn juga menyoroti kinerja Google Cloud. Meskipun Google Cloud Platform (GCP) terus menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang solid dan pangsa pasar yang terus meningkat dalam persaingan ketat dengan AWS (Amazon Web Services) dan Azure (Microsoft Azure), Hohn meragukan profitabilitas sejati dari divisi tersebut. Ia percaya bahwa Google Cloud masih jauh dari profitabel jika dihitung dengan metrik yang lebih ketat, dan biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan dan mengembangkan layanan cloud ini terlalu tinggi.

Argumen Hohn ini menantang narasi Alphabet sendiri, yang seringkali menyoroti pertumbuhan dan investasi strategis di area cloud sebagai kunci masa depan perusahaan. Bagi Alphabet, Google Cloud adalah salah satu mesin pertumbuhan penting dan krusial untuk diversifikasi pendapatan di luar dominasi iklan. Namun, bagi seorang investor yang berorientasi pada keuntungan jangka pendek seperti Hohn, investasi besar ini harus segera membuahkan hasil profit yang jelas.

Dilema Alphabet: Antara Efisiensi dan Inovasi Jangka Panjang



Tekanan dari TCI Fund Management menempatkan Alphabet di persimpangan jalan yang sulit. Di satu sisi, memenuhi tuntutan investor untuk memangkas biaya secara drastis dapat memberikan dorongan singkat pada harga saham dan menyenangkan pasar. Namun, di sisi lain, langkah-langkah efisiensi yang ekstrem, terutama PHK massal, berpotensi memiliki dampak negatif jangka panjang.

Pemotongan karyawan yang berlebihan dapat merusak moral karyawan yang tersisa, memicu kekhawatiran tentang keamanan pekerjaan, dan bahkan menyebabkan eksodus talenta terbaik. Google dikenal dengan budayanya yang mendorong inovasi dan eksperimen, yang seringkali membutuhkan investasi pada proyek-proyek yang mungkin tidak langsung menghasilkan keuntungan. Jika tekanan untuk efisiensi menguasai segalanya, akankah Google masih mampu mempertahankan posisi terdepannya dalam penelitian dan pengembangan, mulai dari kecerdasan buatan hingga komputasi kuantum?

Pertarungan ini juga merefleksikan perdebatan yang lebih luas dalam industri teknologi: seberapa jauh perusahaan harus menyeimbangkan pertumbuhan ambisius dengan profitabilitas yang disiplin? Selama bertahun-tahun, raksasa teknologi menikmati kemewahan untuk berinvestasi besar-besaran pada proyek-proyek "moonshot" dan memperkerjakan ribuan orang tanpa harus terlalu khawatir tentang garis bawah. Namun, era tersebut mungkin telah berakhir, digantikan oleh tuntutan pasar yang lebih keras.

Reaksi Pasar dan Implikasi Lebih Luas



Sejak berita tentang tuntutan Hohn ini mencuat, pasar saham telah bereaksi dengan cermat. Meskipun Alphabet telah mengumumkan program pembelian kembali saham senilai $70 miliar, hal itu belum sepenuhnya meredakan kekhawatiran Hohn. Pasar akan terus mengamati bagaimana Alphabet merespons tekanan ini. Apakah Sundar Pichai akan tunduk pada tuntutan investor, ataukah ia akan mempertahankan strateginya dan mencoba meyakinkan pasar tentang nilai jangka panjang dari investasinya?

Kasus Alphabet ini bisa menjadi preseden penting bagi perusahaan teknologi lainnya. Jika seorang investor aktivis berhasil memaksa perubahan drastis pada perusahaan sebesar Google, ini bisa menandakan dimulainya era baru di mana profitabilitas dan efisiensi menjadi prioritas utama di seluruh lanskap teknologi. Ini adalah pengingat bahwa bahkan perusahaan yang paling dominan pun tidak imun dari pengawasan ketat dan tuntutan keras dari pemegang saham.

Masa Depan Raksasa Teknologi: Efisiensi atau Eksplorasi?



Konfrontasi antara TCI Fund Management dan Alphabet adalah lebih dari sekadar perselisihan bisnis; ini adalah pertarungan filosofis tentang arah masa depan industri teknologi. Apakah Silicon Valley akan terus menjadi surga bagi inovasi yang berani dan kadang boros, ataukah akan berevolusi menjadi sebuah lingkungan yang lebih efisien, lebih hemat, dan lebih berfokus pada pengembalian investasi yang terukur?

Keputusan Alphabet dalam menghadapi tekanan ini akan membentuk tidak hanya nasib perusahaannya sendiri tetapi juga mungkin mengisyaratkan tren yang lebih luas bagi seluruh sektor teknologi. Bagaimana perusahaan akan menyeimbangkan kebutuhan akan pertumbuhan dan inovasi dengan tuntutan untuk profitabilitas? Ini adalah pertanyaan yang akan terus bergema di seluruh koridor raksasa teknologi.

Sebagai pembaca dan pengamat, bagaimana menurut Anda? Haruskah Alphabet memenuhi tuntutan Chris Hohn dan melakukan pemotongan biaya yang lebih besar, bahkan jika itu berarti mengorbankan proyek-proyek inovatif atau menghilangkan ribuan pekerjaan? Atau haruskah mereka tetap teguh pada visi jangka panjang mereka, bahkan jika itu berarti menghadapi kemarahan investor? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar di bawah!

Comments

Integrate your provider (e.g., Disqus, Giscus) here.

Related articles

Tetap Terhubung dengan Kami!

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru, tips ahli, serta wawasan menarik langsung di kotak masuk email Anda.

Dengan berlangganan, Anda setuju dengan syarat dan ketentuan kami.